Buku Pembelajaran An-Nashr

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah,...

Cara mudah memahami Al-Qur'an

Al-Qur’an telah ditetapkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW, maka wajib bagi umat Islam memberikan perhatian yang lebih khusus, terutama mengkaji kemu’jizatannya dari berbagai sisi serta memahami kandungan isinya

METODE MEMAHAMI AL-QUR’AN UNTUK ORANG NON-ARAB

Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui risalah Muhammad SAW dengan kelengkapan values (nilai-nilai) universal yang terangkum dalam Al-Quran al Karim.

Apresiasi Mendiknas

Alhamdulillah, apresiasi yang tinggi datang dari Mendiknas Prof. DR. HM. Nuh terhadap Metode An Nashr.

Lembaga Pesantren dan Pendidikan An-Nashr

Untuk lebih memaksimalkan anak-anak dalam mempelajari Metode An-Nashr, Alhamdulillah sekarang sudah terbentuk

Selasa, 30 September 2014

LEMBAGA PESANTREN DAN PENDIDIKAN AN-NASHR


Untuk lebih memaksimalkan anak-anak dalam mempelajari Metode An-Nashr, Alhamdulillah sekarang sudah terbentuk Lembaga Pesantren dan Pendidikan An-Nashr yang terdiri dari:
  1. Raudlatul Athfal (RA) An-Nashr.
  2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) An-Nashr.

Alamat : Jl. Ahmad Yani no. 100 Patuk – Sukolilo Kec. Wajak Kab. Malang
KEUNGGULAN :
  1. Dapat belajar dan mendalami Terjemah Al Qur’an secara lebih intensif dengan Metode An-Nashr.
  2. Dapat belajar Bidang Studi Pelajaran Umum secara efektif lewat metode pengajaran secara mandiri dan inovatif.
  3. Pengajaran yang berbasis pada Pengetahuan Agama dan Umum, Akhlaq, Budaya dan Lingkungan Hidup.
  4. Pola pengajaran dengan praktek dan aplikasi pemahaman terhadap pelajaran yang lebih banyak.

Sabtu, 27 September 2014

Galery photo












PANDUAN PRAKTEK

Sebelum mengajarkan metode An Nashr, sebaiknya  guru melihat langsung cara mengajar metode an Nashr di tempat diajarkannya metode ini, atau belajar kepada orang yang pernah mengikuti pelatihan Metode An Nashr. Namun bila memungkinkan dipersilahkan datang ke Lembaga Pendidikan dan Pesantren An Nashr agar guru benar-benar memahami teori dan praktek metode ini.

Cara mengajar Terjemah Al Qur'an Metode An Nashr :

  1. Pertama, guru membacakan Al Qur’an dari ayat yang hendak dihafalkan artinya, kemudian murid disuruh menirukan.
  2. Hafalan arti dimulai dari surat Al Fatihah dan do’a-doa shalat, kemudian dilanjutkan dengan surat An Nass, Al Falaq  Al Ikhlas  sampai dengan surat An Naba’, sesuai urutan yang ada di buku panduan guru.
  3. Bila juz 30 telah selesai, lanjutkanlah pada juz 29, dimulai dari surat al Mulk, terussurat Al Qolam dan surat-surat berikutnya sampai surat al Mursalat.
  4. Pelajaran tentang nahwu, cukup dipelajari oleh guru. Dan boleh disampaikan kepada murid disela-sela pelajaran menghafal arti kepada murid yang sudah di anggap mampu.
  5. Hafalan sebaiknya secara kelompok, dengan satu orang pemandu. Pemandu adalah guru atau bila kurang guru, maka pemandu boleh sesama murid yang sudah diajari oleh guru.
  6. Pemandu harus  memahami cara membaca kalimat bahasa Arab dengan putus-putus per-kata atau per-kelompok kata beserta artinya.
  7. Pemandu menggunakan buku panduan guru, sedangkan murid menggunakan buku panduan murid.
  8. Usia murid dalam dalam satu kelompok boleh tidak sama, namun hendaknya bedanya tidak terlalu jauh,yang penting kelancaran membaca Al-Qur’annya hampir sama.
  9. Metode ini sangat bagus bila pembelajaran dilakukan setiap hari dengan waktu belajar antara 30 sampai 60 menit setiap tatap muka.[]

SYARAT PESERTA

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa kedudukan orang yang belajar Al Qur’an sangat mulia. Mengingat Al Qur’an berisi pokok-pokok ajaran Islam. Kita tidak boleh berpuas diri dengan hanya mampu membacanya, karena membaca tanpa memahami hanya berbuah pahala. Sedangkan bila kita bisa membaca sekaligus memahami artinya, maka selain berpahala, juga bisa menentramkan hati, menambah ilmu pengetahuan serta meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Alllah SWT. 
Yang dibutuhkan bagi peserta adalahtekun menghadiri majlis dimana metode ini diajarkan dan taat terhadap intruksi guru. Insya Allah kemampuan membaca Al Qur’an sekaligus memahami maknanya akan segera dirasakan.

Sebelum ikutpembelajaran metode An Nashr, pesertaharussudah bisa membaca Al Qur’an, meskipun bacaannya belum lancar, karena bila dia belum bisa membaca, maka akan mengalami kesulitan dalam menghafalkan arti. []

SYARAT PENGAJAR

Dalam pandangan Islam, kedudukan pengajar dan orang yang belajar Al Qur’an sangat mulia, hal tersebut ditegaskan Rasulullah SAW.
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya : Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya. (HR. Bukhori)
Seorang tabi’in bernama Abdurrahman As Sulami karena mendengar hadis di atas bertahan menjadi pengajar Al Qur’an selama empat puluh tahun di masjid jami’ kufah.
Oleh karena itu, hendaknya merasa bahagia orang-orang yang menjadipelajar maupun pengajar Al Qur’an.  Sebab Al Qur’an adalah Kalamullah, barang siapa yang membacanya, maka seakan-akan ia sedang berdiskusi dengan Allah SWT.
Untuk menjadi pengajar metode An Nashr paling tidak sudah memenuhi tiga syarat, yaitu :
1.      Fasih bacaan Al Qur’annya, fasih artinya memahami cara membaca secara benar, seperti  dalam hal makhorijul huruf, mad (panjang pendek), ikhfa’, iqlab dan hukum tajwid lainnya. Karena sebelum belajar arti, hendaknya guru membimbing muridnya membaca Al Qur’an.
2.      Memahami cara membaca terputus-putus per-mufrodat beserta artinya.
3.      Memahami cara mengajar dengan pola yang sesuai dengan usia peserta didik. Caranya adalah dengan mengikuti pelatihan mengajar metode An Nashr atau bertanya pada orang yang sudah mengikuti pelatihan.

4.      Memiliki sifat rendah hati, sehingga ketika akan menjelaskan maksud suatu ayat yang sulit, tidak segan-segan bertanya dulu kepada para ulama atau guru yang faham tafsir atau belajar melalui kitab-kitab tafsir Al Qur’an. []

APRESIASI MENDIKNAS PROF. DR. HM NUH, DEA


          Setelah metode An Nashr di uji langsung oleh Prof. Dr. KH. Tolhah Hasan pada 1 Agustus 2012,  pada bulan berikutnya tepatnya pada tanggal; 29 September 2012. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. H. M Nuh DEA, berkenan untuk menguji Muhamad Rifki Husaini ( 14 th) seorang santri yang telah menyelesaikan pembelajaran terjemah Al Qur'an metode An Nashr dan mampu menerjemah Al Qur'an lengkap 30 Juz. Dengan tangkas Rifki bisa menerjemah ayat Al Qur'an yang ditunjukkan oleh beliau secara acak. 
      Dengan waktu belajar kurang lebih satu jam, Rifki membutuhkan waktu sekitar empat tahun untuk menyelesaikan pembelajaran terjemah Al Qur'an metode An Nashr ini. Kemampuan Muhammad Rifki dalam menerjemah meliputi terjemah perkata, terjemah per-ayat dan terjemah ayat al Qur'an yang dibacakan oleh orang lain meskipun tidak melihat tulisannya.
       Menteri M. Nuh memberi apresiasi yang tinggi dengan adanya metode belajar terjemah Al Quran tersebut dan berharap metode ini terus dikembangkan sehingga dapat bermanfaat lebih luas. Dengan kemampuan menerjemah Al Qur'an diharapkan akan lahir generasi-generasi baru yang memiliki wawasan dan karakter qur'aniy. terlebih lagi metode ini dapat diajarkan semenjak usia anak-anak, sehingga sebelum mengenal yang lain-lain terlebih dahulu mereka memahami Al Qur'an.




          

Sambutan PROF. Dr. KH. TOLHAH HASAN Menteri Agama RI 1999-2001


METODE MEMAHAMI AL-QUR’AN
UNTUK ORANG NON-ARAB

Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui risalah Muhammad SAW dengan kelengkapan values (nilai-nilai) universal yang terangkum dalam Al-Quran al Karim. Al-Qur’an ini berfungsi sebagai hudan lil al nas, pedoman dalam menjalankan hidup bagi seluruh manusia - khususnya umat muslim. Pada giliran selanjutnya values Qur'an telah dikondisikan dan diterjemahkan oleh sebagian umat Islam sesuai dengan keadaan dan kemampuan intelektual - ulama muslim.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya, "Hari ini aku (Allah) sempurnakan bagimu agamamu, telah aku sempurnakan bagimu nikmat-Ku dan Aku relakan Islam sebagai agamamu". Penjelasan ini menunjukkan bahwa Islam dimunculkan sebagai bentuk terakhir dan dengan demikian Islam merupakan agama yang paling memadai dan sempurna.
Karena kelengkapan dan kesempurnaan ajaran Islam inilah sehingga dalam catatan historis perkembangan Islam berlangsung cepat dan fantastis, hanya dalam waktu kurang lebih 23 tahun Nabi Muhammad SAW telah berhasil menancapkan Islam secara kokoh di Makkah dan Madinah. Dan kemudian lebih seratus tahun sejak kelahirannya, Islam telah menancap di sebagian besar Jazirah Arabia dan bahkan pada abad kedua Hijri telah berhasil menguasai berbagai bidang di seluruh dunia, baik bidang militer, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pendidikan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, muncul berbagai macam metodologi dan teknik yang dikembangkan oleh para Ulama, termasuk didalamnya metodologi mempelajari ilmu-ilmu tentang Al-Quran (‘ulum al Qur’an). Seperti ilmu nahwu,shorof, balaghoh, ma’ani dsb. Metodologi inilah yang kemudian menghasilkan metode-metode dan teknik-teknik yang memudahkan orang untuk mempelajari Al-Qur’an.
Namun saat ini masih belum banyak dikembangkan metode memahami Al-Qur’an untuk umat Islam non-arab (‘ajam) yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi  sehari-hari. Secara kuantitas mereka tidak sedikit, bahkan merupakan mayoritas, dan pada kenyataannya mereka kurang memahami bahasa Al Qur’an. Oleh karena itu selain tahfidz (menghafal) Al Qur’an yang selama ini banyak dilakukan, perlu dikembangkan metode dan teknik tafhim (memahami) Al-Qur’an bagi bangsa non-Arab, realitas hari ini  banyak orang yang bisa menghapal ayat-ayat atau surat-surat tertentu Al-Qur’an bahkan sudah menjadi amalan-amalan wirid keseharian, namun tidak memahami makna dan kandungan dari ayat-ayat yang dibaca.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya menyambut dengan gembira hadirnya metode AN NASHR, sebuah metode penterjemahan Al-Qur’an  yang disusun oleh saudara Muhammad Taufik ini akan memperkaya khazanah keilmuan Al-Qur’an khususnya metode menterjemahkan Al-Quran yang praktis bagi orang-orang non-Arab (baca: Indonesia).
Metode ini cukup baik dan praktis, karena bisa diajarkan secara klasikal dan untuk beragam usia mulai dari anak-anak hingga dewasa, sehubungan dengan itu saya menyarankan supaya metode ini terus dikembangkan dan perlu diajarkan kepada dilembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.
Besar harapan supaya moco Al-Qur’an angen-angen sak maknane (membaca Al Qur’an sekaligus memahami makna yang terkandung didalamnya) tidak hanya menjadi pujian-pujian menjelang shalat, namun bisa tertancap dalam batin setiap muslim. Dan dengan itu maka diharapkan akan muncul generasi-generasi Qur’aniy yang bisa memancarkan karakater-karakter kesalehan ritual sekaligus kesalehan sosial.

Jakarta, 15 Maret 2012

Prof. Dr. KH. Tolhah Hasan