Sabtu, 27 September 2014

Sambutan PROF. Dr. KH. TOLHAH HASAN Menteri Agama RI 1999-2001


METODE MEMAHAMI AL-QUR’AN
UNTUK ORANG NON-ARAB

Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui risalah Muhammad SAW dengan kelengkapan values (nilai-nilai) universal yang terangkum dalam Al-Quran al Karim. Al-Qur’an ini berfungsi sebagai hudan lil al nas, pedoman dalam menjalankan hidup bagi seluruh manusia - khususnya umat muslim. Pada giliran selanjutnya values Qur'an telah dikondisikan dan diterjemahkan oleh sebagian umat Islam sesuai dengan keadaan dan kemampuan intelektual - ulama muslim.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya, "Hari ini aku (Allah) sempurnakan bagimu agamamu, telah aku sempurnakan bagimu nikmat-Ku dan Aku relakan Islam sebagai agamamu". Penjelasan ini menunjukkan bahwa Islam dimunculkan sebagai bentuk terakhir dan dengan demikian Islam merupakan agama yang paling memadai dan sempurna.
Karena kelengkapan dan kesempurnaan ajaran Islam inilah sehingga dalam catatan historis perkembangan Islam berlangsung cepat dan fantastis, hanya dalam waktu kurang lebih 23 tahun Nabi Muhammad SAW telah berhasil menancapkan Islam secara kokoh di Makkah dan Madinah. Dan kemudian lebih seratus tahun sejak kelahirannya, Islam telah menancap di sebagian besar Jazirah Arabia dan bahkan pada abad kedua Hijri telah berhasil menguasai berbagai bidang di seluruh dunia, baik bidang militer, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pendidikan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, muncul berbagai macam metodologi dan teknik yang dikembangkan oleh para Ulama, termasuk didalamnya metodologi mempelajari ilmu-ilmu tentang Al-Quran (‘ulum al Qur’an). Seperti ilmu nahwu,shorof, balaghoh, ma’ani dsb. Metodologi inilah yang kemudian menghasilkan metode-metode dan teknik-teknik yang memudahkan orang untuk mempelajari Al-Qur’an.
Namun saat ini masih belum banyak dikembangkan metode memahami Al-Qur’an untuk umat Islam non-arab (‘ajam) yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi  sehari-hari. Secara kuantitas mereka tidak sedikit, bahkan merupakan mayoritas, dan pada kenyataannya mereka kurang memahami bahasa Al Qur’an. Oleh karena itu selain tahfidz (menghafal) Al Qur’an yang selama ini banyak dilakukan, perlu dikembangkan metode dan teknik tafhim (memahami) Al-Qur’an bagi bangsa non-Arab, realitas hari ini  banyak orang yang bisa menghapal ayat-ayat atau surat-surat tertentu Al-Qur’an bahkan sudah menjadi amalan-amalan wirid keseharian, namun tidak memahami makna dan kandungan dari ayat-ayat yang dibaca.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya menyambut dengan gembira hadirnya metode AN NASHR, sebuah metode penterjemahan Al-Qur’an  yang disusun oleh saudara Muhammad Taufik ini akan memperkaya khazanah keilmuan Al-Qur’an khususnya metode menterjemahkan Al-Quran yang praktis bagi orang-orang non-Arab (baca: Indonesia).
Metode ini cukup baik dan praktis, karena bisa diajarkan secara klasikal dan untuk beragam usia mulai dari anak-anak hingga dewasa, sehubungan dengan itu saya menyarankan supaya metode ini terus dikembangkan dan perlu diajarkan kepada dilembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.
Besar harapan supaya moco Al-Qur’an angen-angen sak maknane (membaca Al Qur’an sekaligus memahami makna yang terkandung didalamnya) tidak hanya menjadi pujian-pujian menjelang shalat, namun bisa tertancap dalam batin setiap muslim. Dan dengan itu maka diharapkan akan muncul generasi-generasi Qur’aniy yang bisa memancarkan karakater-karakter kesalehan ritual sekaligus kesalehan sosial.

Jakarta, 15 Maret 2012

Prof. Dr. KH. Tolhah Hasan

0 komentar:

Posting Komentar