Buku Pembelajaran An-Nashr
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah,...
Cara mudah memahami Al-Qur'an
Al-Qur’an telah ditetapkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW, maka wajib bagi umat Islam memberikan perhatian yang lebih khusus, terutama mengkaji kemu’jizatannya dari berbagai sisi serta memahami kandungan isinya
METODE MEMAHAMI AL-QUR’AN UNTUK ORANG NON-ARAB
Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui risalah Muhammad SAW dengan kelengkapan values (nilai-nilai) universal yang terangkum dalam Al-Quran al Karim.
Apresiasi Mendiknas
Alhamdulillah, apresiasi yang tinggi datang dari Mendiknas Prof. DR. HM. Nuh terhadap Metode An Nashr.
Lembaga Pesantren dan Pendidikan An-Nashr
Untuk lebih memaksimalkan anak-anak dalam mempelajari Metode An-Nashr, Alhamdulillah sekarang sudah terbentuk
Jumat, 10 Oktober 2014
Selasa, 30 September 2014
LEMBAGA PESANTREN DAN PENDIDIKAN AN-NASHR
21.48
2 comments
Untuk lebih memaksimalkan anak-anak dalam mempelajari
Metode An-Nashr, Alhamdulillah sekarang sudah terbentuk Lembaga Pesantren dan
Pendidikan An-Nashr yang terdiri dari:
- Raudlatul Athfal (RA) An-Nashr.
- Madrasah Ibtidaiyah (MI) An-Nashr.
Alamat : Jl. Ahmad Yani no. 100 Patuk – Sukolilo Kec.
Wajak Kab. Malang
KEUNGGULAN :
- Dapat belajar dan mendalami Terjemah Al Qur’an secara lebih intensif dengan Metode An-Nashr.
- Dapat belajar Bidang Studi Pelajaran Umum secara efektif lewat metode pengajaran secara mandiri dan inovatif.
- Pengajaran yang berbasis pada Pengetahuan Agama dan Umum, Akhlaq, Budaya dan Lingkungan Hidup.
- Pola pengajaran dengan praktek dan aplikasi pemahaman terhadap pelajaran yang lebih banyak.
Sabtu, 27 September 2014
PANDUAN PRAKTEK
Sebelum mengajarkan metode
An Nashr, sebaiknya guru melihat langsung
cara mengajar metode an Nashr di tempat diajarkannya metode ini, atau belajar kepada orang yang pernah mengikuti pelatihan Metode An Nashr. Namun bila
memungkinkan dipersilahkan datang ke Lembaga Pendidikan dan Pesantren An Nashr agar
guru benar-benar memahami teori dan praktek metode ini.
Cara mengajar Terjemah Al Qur'an Metode An Nashr :
- Pertama, guru membacakan Al Qur’an dari ayat yang hendak dihafalkan artinya, kemudian murid disuruh menirukan.
- Hafalan arti dimulai dari surat Al Fatihah dan do’a-doa shalat, kemudian dilanjutkan dengan surat An Nass, Al Falaq Al Ikhlas sampai dengan surat An Naba’, sesuai urutan yang ada di buku panduan guru.
- Bila juz 30 telah selesai, lanjutkanlah pada juz 29, dimulai dari surat al Mulk, terussurat Al Qolam dan surat-surat berikutnya sampai surat al Mursalat.
- Pelajaran tentang nahwu, cukup dipelajari oleh guru. Dan boleh disampaikan kepada murid disela-sela pelajaran menghafal arti kepada murid yang sudah di anggap mampu.
- Hafalan sebaiknya secara kelompok, dengan satu orang pemandu. Pemandu adalah guru atau bila kurang guru, maka pemandu boleh sesama murid yang sudah diajari oleh guru.
- Pemandu harus memahami cara membaca kalimat bahasa Arab dengan putus-putus per-kata atau per-kelompok kata beserta artinya.
- Pemandu menggunakan buku panduan guru, sedangkan murid menggunakan buku panduan murid.
- Usia murid dalam dalam satu kelompok boleh tidak sama, namun hendaknya bedanya tidak terlalu jauh,yang penting kelancaran membaca Al-Qur’annya hampir sama.
- Metode ini sangat bagus bila pembelajaran dilakukan setiap hari dengan waktu belajar antara 30 sampai 60 menit setiap tatap muka.[]
SYARAT PESERTA
Sebagaimana telah
dikemukakan, bahwa kedudukan orang yang belajar Al Qur’an sangat mulia.
Mengingat Al Qur’an berisi pokok-pokok ajaran Islam. Kita tidak boleh berpuas
diri dengan hanya mampu membacanya, karena membaca tanpa memahami hanya berbuah
pahala. Sedangkan bila kita bisa membaca sekaligus memahami artinya, maka
selain berpahala, juga bisa menentramkan hati, menambah ilmu pengetahuan serta
meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Alllah SWT.
Yang dibutuhkan bagi
peserta adalahtekun menghadiri majlis dimana metode ini diajarkan dan taat
terhadap intruksi guru. Insya Allah kemampuan membaca Al Qur’an sekaligus
memahami maknanya akan segera dirasakan.
Sebelum ikutpembelajaran
metode An Nashr, pesertaharussudah bisa membaca Al Qur’an, meskipun bacaannya
belum lancar, karena bila dia belum bisa membaca, maka akan mengalami kesulitan
dalam menghafalkan arti. []
SYARAT PENGAJAR
Dalam pandangan Islam, kedudukan pengajar dan orang yang
belajar Al Qur’an sangat mulia, hal tersebut ditegaskan Rasulullah SAW.
Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ Ù…َÙ†ْ تَعَÙ„َّÙ…َ الْÙ‚ُرْآنَ
ÙˆَعَÙ„َّÙ…َÙ‡ُ
Artinya : Orang yang
terbaik diantara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.
(HR. Bukhori)
Seorang tabi’in bernama Abdurrahman As Sulami karena
mendengar hadis di atas bertahan menjadi pengajar Al Qur’an selama empat puluh
tahun di masjid jami’ kufah.
Oleh karena itu, hendaknya merasa bahagia orang-orang
yang menjadipelajar maupun pengajar Al Qur’an.
Sebab Al Qur’an adalah Kalamullah, barang siapa yang membacanya,
maka seakan-akan ia sedang berdiskusi dengan Allah SWT.
Untuk menjadi pengajar metode An Nashr paling tidak sudah
memenuhi tiga syarat, yaitu :
1.
Fasih bacaan Al Qur’annya, fasih artinya memahami cara
membaca secara benar, seperti dalam hal makhorijul
huruf, mad (panjang pendek), ikhfa’, iqlab dan hukum tajwid
lainnya. Karena sebelum belajar arti, hendaknya guru membimbing muridnya membaca
Al Qur’an.
2.
Memahami cara membaca terputus-putus per-mufrodat beserta
artinya.
3.
Memahami cara mengajar dengan pola yang sesuai dengan
usia peserta didik. Caranya adalah dengan mengikuti pelatihan mengajar metode
An Nashr atau bertanya pada orang yang sudah mengikuti pelatihan.
4.
Memiliki sifat rendah hati, sehingga ketika akan menjelaskan
maksud suatu ayat yang sulit, tidak segan-segan bertanya dulu kepada para ulama
atau guru yang faham tafsir atau belajar melalui kitab-kitab tafsir Al Qur’an.
[]
APRESIASI MENDIKNAS PROF. DR. HM NUH, DEA
20.50
No comments
Setelah metode An Nashr di uji langsung oleh Prof. Dr. KH. Tolhah Hasan pada 1 Agustus 2012, pada bulan berikutnya tepatnya pada tanggal; 29 September 2012. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. H. M Nuh DEA, berkenan untuk menguji Muhamad Rifki Husaini ( 14 th) seorang santri yang telah menyelesaikan pembelajaran terjemah Al Qur'an metode An Nashr dan mampu menerjemah Al Qur'an lengkap 30 Juz. Dengan tangkas Rifki bisa menerjemah ayat Al Qur'an yang ditunjukkan oleh beliau secara acak.
Dengan waktu belajar kurang lebih satu jam, Rifki membutuhkan waktu sekitar empat tahun untuk menyelesaikan pembelajaran terjemah Al Qur'an metode An Nashr ini. Kemampuan Muhammad Rifki dalam menerjemah meliputi terjemah perkata, terjemah per-ayat dan terjemah ayat al Qur'an yang dibacakan oleh orang lain meskipun tidak melihat tulisannya.
Menteri M. Nuh memberi apresiasi yang tinggi dengan adanya metode belajar terjemah Al Quran tersebut dan berharap metode ini terus dikembangkan sehingga dapat bermanfaat lebih luas. Dengan kemampuan menerjemah Al Qur'an diharapkan akan lahir generasi-generasi baru yang memiliki wawasan dan karakter qur'aniy. terlebih lagi metode ini dapat diajarkan semenjak usia anak-anak, sehingga sebelum mengenal yang lain-lain terlebih dahulu mereka memahami Al Qur'an.
Sambutan PROF. Dr. KH. TOLHAH HASAN Menteri Agama RI 1999-2001
19.57
No comments
METODE MEMAHAMI AL-QUR’AN
UNTUK ORANG NON-ARAB
Islam diturunkan oleh
Allah SWT ke muka bumi melalui risalah Muhammad SAW dengan kelengkapan values
(nilai-nilai) universal yang terangkum dalam Al-Quran al Karim. Al-Qur’an ini
berfungsi sebagai hudan lil al nas, pedoman dalam menjalankan hidup bagi
seluruh manusia - khususnya umat muslim. Pada giliran selanjutnya values Qur'an
telah dikondisikan dan diterjemahkan oleh sebagian umat Islam sesuai dengan
keadaan dan kemampuan intelektual - ulama muslim.
Dalam Al-Qur’an Surat
Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya, "Hari ini aku (Allah) sempurnakan bagimu agamamu, telah aku sempurnakan bagimu
nikmat-Ku dan Aku relakan Islam sebagai agamamu". Penjelasan ini
menunjukkan bahwa Islam dimunculkan sebagai bentuk terakhir dan dengan demikian
Islam merupakan agama yang paling memadai dan sempurna.
Karena kelengkapan dan
kesempurnaan ajaran Islam inilah sehingga dalam catatan historis perkembangan
Islam berlangsung cepat dan fantastis, hanya dalam waktu kurang lebih 23 tahun
Nabi Muhammad SAW telah berhasil menancapkan Islam secara kokoh di Makkah dan
Madinah. Dan kemudian lebih seratus tahun sejak kelahirannya, Islam telah
menancap di sebagian besar Jazirah Arabia dan bahkan pada abad kedua Hijri
telah berhasil menguasai berbagai bidang di seluruh dunia, baik bidang militer,
ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pendidikan.
Dalam dunia ilmu
pengetahuan, muncul berbagai macam metodologi dan teknik yang dikembangkan oleh
para Ulama, termasuk didalamnya metodologi mempelajari ilmu-ilmu tentang
Al-Quran (‘ulum al Qur’an). Seperti ilmu nahwu,shorof, balaghoh, ma’ani dsb.
Metodologi inilah yang kemudian menghasilkan metode-metode dan teknik-teknik
yang memudahkan orang untuk mempelajari Al-Qur’an.
Namun saat ini masih belum
banyak dikembangkan metode memahami Al-Qur’an untuk umat Islam non-arab (‘ajam)
yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Secara kuantitas mereka tidak
sedikit, bahkan merupakan mayoritas, dan pada kenyataannya mereka kurang
memahami bahasa Al Qur’an. Oleh karena itu selain tahfidz (menghafal) Al Qur’an
yang selama ini banyak dilakukan, perlu dikembangkan metode dan teknik tafhim
(memahami) Al-Qur’an bagi bangsa non-Arab, realitas hari ini banyak orang yang bisa menghapal ayat-ayat
atau surat-surat tertentu Al-Qur’an bahkan sudah menjadi amalan-amalan wirid
keseharian, namun tidak memahami makna dan kandungan dari ayat-ayat yang
dibaca.
Berkaitan dengan hal
tersebut, saya menyambut dengan gembira hadirnya metode AN NASHR, sebuah metode
penterjemahan Al-Qur’an yang disusun oleh
saudara Muhammad Taufik ini akan memperkaya khazanah keilmuan Al-Qur’an
khususnya metode menterjemahkan Al-Quran yang praktis bagi orang-orang non-Arab
(baca: Indonesia).
Metode ini cukup baik dan
praktis, karena bisa diajarkan secara klasikal dan untuk beragam usia mulai
dari anak-anak hingga dewasa, sehubungan dengan itu saya menyarankan supaya
metode ini terus dikembangkan dan perlu diajarkan kepada dilembaga-lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal.
Besar harapan supaya moco
Al-Qur’an angen-angen sak maknane (membaca Al Qur’an sekaligus memahami
makna yang terkandung didalamnya) tidak hanya menjadi pujian-pujian menjelang
shalat, namun bisa tertancap dalam batin setiap muslim. Dan dengan itu maka
diharapkan akan muncul generasi-generasi Qur’aniy yang bisa memancarkan
karakater-karakter kesalehan ritual sekaligus kesalehan sosial.
Jakarta, 15 Maret 2012
Prof.
Dr. KH. Tolhah Hasan
MENERJEMAH SATU AYAT LANGSUNG
Sebelum berlatih
menerjemahkan satu ayat langsung, peserta metode harus sudah benar-benar
menguasai terjemah perkata juz 30. Karena dengan menguasai terjemah per-kata juz 30, maka spontanitas
dan kepekaan terhadap arti sudah bagus,
dengan demikian ketika dia melihat tulisan Al Qur’an sudah bisa langsung
menyebutkan arti dengan cepat tanpa banyak berfikir.
Juga perlu diingat, ada perbedaan antara bahasa Arab dan
bahasa Indonesia, maka susunan kata yang ada dalam Al Qur’an tidak bisa serta
merta dipergunakan dalam terjemahan, karena bila susunan terjemah sama persis
dengan susunan kalimat dalam Al Qur’an, maka ada tiga kemungkinan :
-
Pertama : Susunan tersebut sesuai dan bisa difahami
-
Kedua : Susunannya tidak sesuai sehingga hasil terjemahan
sulit untuk difahami.
-
Ketiga : Susunan maupun pengertiannya tidak sesuai.
Kalau terjemah disusun sama dengan urutan di Al Qur’ana,
maka artinya adalah : Dan barang siapa mengganti keimanan dengan kekafiran
maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.Tentu saja
pengertiannya jauh
Kesalahanmakna bisa saja terjadi kalau diurutkan, hal itu
disebabkan karena antara susunan bahasa Arab dan bahasa Indonesia banyak perbedaannya.
Oleh karena itu, sebelum mengajarkan terjemah satu ayat
langsung kepada murid, guru harus terlebih dahulu berusaha memahami pengertian
ayat yang akan diterjemahkan. Sehingga tidak keliru dalam menyusun kalimat
terjemahan.
Adapun mengajari murid menerjemahkan satu ayat langsung
adalah dengan cara sebagai berikut :
-
Guru berpedoman pada susunan pada buku panduan guru.
-
Murid diminta untuk memperhatikan ayat yang akan
diterjemahkan dan menyebutkan arti tanpa membaca kalimat Qur’an-nya.
-
Apabila susunan kalimat terjemahan kurang tepat, guru
memberitahukan susunan terjemah yang benar kemudian meminta murid mengulang
sesuai dengan contoh yang diberikan oleh
guru.
-
Atau guru meminta memberi nomer tepat di bawah lafadz
dengan nomer urut dari awal ayat sampai akhir.
Apabila murid mengalami
kebingungan, guru menuliskan ayat tersebut di papan tulis, lalu menyebutkan
arti dengan menunjuk kalimat Al Qur’annya
BELAJAR SECARA MANDIRI (OTODIDAK)
Meskipun berdasarkan pengalaman penyusun bahwa metode An
Nashr sangat efektif apabila dipelajari tiap hari dengan cara bersama-sama,
namun bukan berarti orang tidak bisa belajar terjemah Al Qur’an dengan pola-pola metode An Nashr secara
mandiri, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan cukup tinggi.
Mandiri yang kami maksud bukan berarti tanpa adanya guru
pembimbing. Guru tetap diperlukan, hanya waktu pertemuan dengan guru tidak
harus setiap hari. Melainkan pada hari-hari tertentu yang sudah disepakati
untuk menyetorkan hasil hafalan. Dan bagi yang belum faham cara membaca kata
dengan cara putus-putus, harus dibacakan dulu oleh guru ayat atau surat yang
hendak dihafalkan, baru kemudian dihafalkan sendiri.
Untuk mereka yang hendak menghafal sendiri, hendaknya
menyempatkan waktu untuk menghafal tiap hari, misalkan setiap selesai sholat
subuh atau sholat maghrib sekitar lima belas sampai tigapuluh menit.
Apabila metode An nashr ini dipelajari bersama-sama,
peserta metode cukup menggunakan buku panduan murid, maka jika ingin belajar
mandiri, ia harus memiliki dua buku sekaligus, yaitu buku pedoman guru dan buku
pedoman murid. Buku pedoman murid dipergunakan pada saat setor hasil hafalan
kepada guru dan buku pedoman guru dipergunakan sebagai pedoman saat menambah
hafalan baru.
Adapun cara
menghafalnya adalah sebagai berikut :
-
Pola yang dipergunakan sama dengan pola belajar secara
bersama-sama, hanya saja caranya berbeda, bila saat menghafal bersama, murid
cukup mendengarkan arti yang dibacakan oleh guru lantas menirukannya. Maka
dalam menghafal secara mandiri ini peserta menggunakan buku pedoman guru dengan
menggunakan selembar kertas sebagai penutup arti yang ada dibawah kalimat
Al-Qur’an.
-
Pertama ia membaca kalimat Al Qur’an beserta artinya satu
kali, kemudian ia menutup arti tersebut dengan menggunakan dan mengulangi
sesuai dengan pola yang sesuai.
-
Setelah selesai ia meneruskan pada kalimat berikutnya
dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai akhir ayat.
-
Setelah selesai satu atau dua ayat, ia mengulangi lagi
dari awal ayat dengan pengulangan yang sesuai dengan pola metode An Nashr tanpa
boleh melihat arti kecuali bila masih lupa pada arti tersebut.
-
Setelah selesai, ia mengulang lagi dari awal ayat, sesuai
dengan pola yang dia ikuti. Demikian seterusnya sampai ayat yang dia targetkan
untuk dihafalkan.
-
Setelah benar-benar yakin haralannya bagus kemudian dia
bisa menggunakan buku pedoman murid.
-
Catatan tanggal yang ada di buku pedoman murid diisi
sendiri oleh murid pada saat menghafal, begitu pula durasi waktu yang
dibutuhkan, namun pada isian untuk pertemuan dihitung didasarkan waktu
menghafal beberapa kali duduk, namun untuk tanda centang pada kata mandiri
diberikan oleh guru pada saat setoran hafalan.
Cara Menjaga Hafalan
-
Cara menjaga hafalan sama dengan belajar bersama-sama
yaitu sebelum menambah hafalan baru. Ia
harus mengulang hafalan empat hari terakhir.
-
Demikian pula setiap dua minggu atau sekitar 12 (dua
belas) hari, santri mengulang pelajaran dalam dua belas hari terakhir.
-
Dan setiap empat minggu atau 28 (duapuluh delapan) hari,
santri mengulang semua hafalan dalam bulan tersebut.
-
Agar lebih mudah, lakukanlah pengulangan di tengah dan
akhir bulan. []
POLA MENGHAFAL USIA DIATAS 15 TAHUN
Pola Menghafal
-
Praktek menghafal
arti menggunakan pola 2-1-1.
-
Setiap awal pelajaran dimulai (sebelum tambah hafalan
baru), santri mengulangi hafalan empat pertemuan terakhir bersama-sama.
-
Pengulangan setiap mufrodat beserta artinya cukup satu
kali-satu kali, kecuali bila banyak santri yang mengalami kesulitan maka
pengulangannya setiap mufrodat dua kali-dua kali.
-
Jumlah mufrodat yang dihafalkan disesuaikan dengan
kemampuan santri dalam satu kelompok.
Tambahan boleh banyak apabila kemampuan menghafalnya bagus, sebaliknya
bila kemampuan menghafalnya lemah maka tambahan hafalannya sedikit saja.
Cara menjaga Hafalan
-
Setiap dua minggu atau 12 (empat belas) pertemuan, santri
mengulang pelajaran dalam dua belas hari terakhir.
-
Dan setiap empat minggu atau 28 (duapuluh delapan)
pertemuan, santri mengulang semua hafalan dalam bulan tersebut.
-
Agar lebih mudah, lakukanlah pengulangan di tengah dan
akhir bulan.
-
Setiap dua bulan, santri mengulangi hafalan dalam dua
bulan terakhir. []
POLA MENGHAFAL USIA 12-15 TAHUN
Pola Menghafal
-
Praktek menghafal
arti menggunakan pola 3-2-1-1
-
Setiap awal pelajaran dimulai (sebelum tambah hafalan
baru), santri mengulangi hafalan empat pertemuan terakhir bersama-sama.
-
Pengulangan setiap mufrodat beserta artinya cukup satu
kali-satu kali, kecuali bila banyak santri yang mengalami kesulitan maka
pengulangannya setiap mufrodat dua kali-dua kali.
-
Jumlah mufrodat yang dihafalkan disesuaikan dengan
kemampuan santri dalam satu kelompok.
Tambahan boleh banyak apabila kemampuan menghafalnya bagus, sebaliknya
bila kemampuan menghafalnya lemah maka tambaha hafalannya sedikit saja.
Cara Menjaga Hafalan
-
Setiap dua minggu atau 12 (empat belas) pertemuan, santri
mengulang pelajaran dalam dua belas hari terakhir.
-
Dan setiap empat minggu atau 28 (duapuluh delapan)
pertemuan, santri mengulang semua hafalan dalam bulan tersebut.
-
Agar lebih mudah, lakukanlah pengulangan di tengah dan
akhir bulan.
-
Setiap dua bulan, santri mengulangi hafalan dalam dua
bulan terakhir.[]
POLA MENGHAFAL USIA 7 – 12 TAHUN
Pola Menghafal
-
Praktek menghafal
arti menggunakan pola 4-3-2-1
-
Setiap awal pelajaran dimulai (sebelum tambah hafalan
baru), santri mengulangi hafalan empat pertemuan terakhir bersama-sama.
-
Pengulangan setiap mufrodat beserta artinya cukup satu
kali-satu kali, kecuali bila banyak santri yang mengalami kesulitan maka
pengulangannya setiap mufrodat dua kali-dua kali.
-
Jumlah mufrodat yang dihafalkan disesuaikan dengan
kemampuan santri dalam satu kelompok.
Tambahan boleh banyak apabila kemampuan menghafalnya bagus, sebaliknya
bila kemampuan menghafalnya lemah maka tambaha hafalannya sedikit saja.
Cara menjaga Hafalan
-
Setiap dua minggu atau 12 (empat belas) pertemuan, santri
mengulang pelajaran dalam dua belas hari terakhir.
-
Dan setiap empat minggu atau 28 (duapuluh delapan)
pertemuan, santri mengulang semua hafalan dalam bulan tersebut.
-
Agar lebih mudah, lakukanlah pengulangan di tengah dan
akhir bulan.
-
Setiap dua bulan, santri mengulangi hafalan dalam dua
bulan terakhir.[]
Pola menghafal arti
1.
Cara Menghafal arti dengan metode AN Nashr dikelompokkan
berdasarkan usia :
§
Usia 7-12 th ; dengan pola
4-3-2-1.
§
Usia 12-15 th ; dengan pola
3-2-1-1.
§
usia diatas 15 th ;
dengan pola 2-1-1.
2.
Pola 4-3-2-1 :
§
Pertama, guru membaca mufrodat beserta artinya sekali, laluditirukansantri
sebanyak empat kali.
§
kemudian guru membaca mufrodat berikutnya sekali, lalu ditirukan
oleh santri empat kali.
§
kemudian guru membaca mufrodat berikutnya sekali, lalu
ditirukan oleh santri empat kali.
§
Cara ini berlaku sampai akhir ayat atau tanda waqof yang
diperbolehkan berhenti. (sekitar 5-6 mufrodat )
Setelah sampai di akhir
ayat atau tanda waqof maka :
§
Tanpa bantuan guru, santri disuruh mengulang dari awal
sampai akhir, masing-masing dibaca tiga kali sampai akhir ayat atau tanda
waqof.
§
Kemudian, santri mengulang lagi dari awal sampai akhir,
masing-masing mufrodat dibaca dua kali.
§
kemudian santri mengulang dari awal sampai akhir.
Masing-masing kata dibaca satu kali.
3.
Pola 3-2-1-1 :
§
Pertama, guru membaca mufrodat beserta artinya sekali, laluditirukanmurid
sebanyak tiga kali.
§
kemudian guru membaca mufrodat berikutnya sekali, lalu ditirukan
oleh santritiga kali.
§
kemudian guru membaca mufrodat berikutnya sekali, lalu
ditirukan oleh santritiga kali.
§
Cara ini berlaku sampai akhir ayat atau tanda waqof yang
diperbolehkan berhenti. (sekitar 5-6 mufrodat )
Setelah sampai di akhir
ayat atau tanda waqof maka :
§
Tanpa bantuan guru, santri disuruh mengulang dari awal
sampai akhir, masing-masing dibaca dua kali sampai akhir ayat atau tanda waqof.
§
Kemudian, santri mengulang lagi dari awal sampai akhir,
masing-masing mufrodat dibaca satu kali.
§
kemudian santri mengulang dari awal sampai akhir.
Masing-masing kata dibaca satu kali.
4.
Pola 2-1-1 :
§
Pertama, guru membaca mufrodat beserta artinya sekali, laluditirukansantri
sebanyak dua kali.
§
kemudian guru membaca mufrodat berikutnya sekali, lalu ditirukan
oleh santridua kali.
§
kemudian guru membaca mufrodat berikutnya sekali, lalu
ditirukan oleh santridua kali.
§ Cara ini berlaku sampai
akhir ayat atau tanda waqof yang diperbolehkan berhenti. (sekitar 5-6 mufrodat )
Setelah sampai di akhir ayat atau tanda waqof maka :
§ Tanpa bantuan guru, santri
disuruh mengulang dari awal sampai akhir, masing-masing dibaca satu kali sampai
akhir ayat atau tanda waqof.
§
Kemudian, santri mengulang lagi dari awal sampai akhir,
masing-masing mufrodat dibaca satu kali.
5.
Apabila santri sudah hafal arti setengah juz, pola
menghafal boleh sedikit berubah, yaitu apabila satu mufrodat dibacakan dan
santri secara spontan menyebutkan artinya dengan benar, maka tidak perlu
diulang lagi, cukup sekali itu saja. Kemudian dilanjutkan kepada mufrodat
berikutnya. Namun pada pengulangan dari awal ayat, pengulangannya sesuai dengan
mufrodat yang lain.
6.
Pada kondisi tertentu, misalkan murid masih kurang lancar
dalam menyebut arti dari satu mufrodat, maka mufrodat beserta artinya tersebut diulang
lagi dengan jumlah tertentu (bisa tiga kali atau dua kali) sampai benar-benar
hafal.
7.
Pengelompokan tidak mutlak berdasarkan usia, demikian
pula pola menghafalnya, walaupun usia masih kurang dari dua belas tahun, namun
jika hafalannya sudah lebih dari dua juz. pola menghafal boleh diubah dengan
mencoba pola yang paling sesuai dengan kemampuan kelompok tersebut.[]
Langganan:
Komentar (Atom)